Pages

Kamis, 07 Juni 2012

Sangat kehilangan sang Ayah Super heroku :)

Ayah
 Setiap anak pasti selalu bilang bahwa lelaki paling sempurna dan paling hebat adalah ayahnya sendiri. Memang tak bisa dipungkiri, hal itu benar. Ayah, lelaki paling bijak di dunia ini. Membawa ketenangan dalam hati dan hari-hari kita.
Ayah dari mulai aku di kandungan sampai kini aku beranjak dewasa, tidak berubah.
Ayah tetap ayah yang kukenal yang selalu memberikan dorongan positif bagi hari-hariku.
Ayah yang membangunkanku di kala dini hari untuk memanjat syukur dan doa. Hinggi kini itu semua tetap sama.
Ayah menemaniku lebih lama dari ibu.

Sejak kecil ayah lebih dekat denganku, seakan ingin membuatku seperti dirinya.
Ayah mengajarkan banyak hal yang menurutku sulit untuk dilakukan.
Saat kecil, ku ingin bisa berdiri dan menggapai sesuatu, ayah membantu.
Ayah menopangku, ayah memegang jari jemari tanganku dan terus menyemangatiku.
Ayah tak lelah untuk membuatku bisa berdiri, berjalan dan kemudian berlari.
Ayah membantu membuat impianku jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanku untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ya, ayah adalah pengabul keinginanku ketika kecil dan masih sampai sekarang.

Ayahku ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya.
Ayah yang dulu tak didampingi kakekku ketika kecil karena kesibukan kakek, sekarang memilih untuk menemaniku agar aku tidak merasakan kesepian.
Ayah tidak ingin aku lebih tergantung pada siapapun termasuk dirinya.
Tapi ayah selalu menginginkanku untuk tetap membutuhkan kehadirannya walaupun dia tak menunjukan itu semua.

Ayah hanya menyuruhku mengerjakan pekerjaan yang aku sukai dan membuat pekerjaan yang tidak akau sukai disimpan di urutan paling belakang.
Ketika aku mulai anak-anak dan berjalan menuju remaja, tanpa ku ketahui ayah mengawasiku lebih dari sebelumnya.
Berbeda cara ketika kecil, ayah menjaga dan mengawasiku dari samping dan depan, sekarang ayah ada di belakang.
Ayah tidak ingin langkahku salah, ayah yang akan menarikku dari belakang ketika akan melangkah ke jalan yg salah.
Ayah tidak akan memanjakanku ketika aku sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu aku membutuhkannya.
Ayah penjaga terbaik di dunia, ayah yang selalu siap mengawasiku.

Dari mulai aku pergi pagi-pagi dengan seragam putih merah, lalu berganti putih biru dan kemudian putih abu, ayah selalu ada bersamaku.
Ayah mengikuti langkahku , menemani ketika aku terjatuh dan ketika aku berkibar.
Ketika aku menangis dengan membawa nilai-nilaiku yang jelek, ayahku hanya tersenyum dan memangkuku, berbicara , "tidak apa-apa, sesekali saja, nanti harus bagus", ayah kasih senyumannya.
Begitulah katanya menenangkanku dan membuat aku tersenyum kembali.
Lalu ketika aku berkibar dengan hasil yang memuaskan, ayah ada disana, mendampingiku dengan bangga dan selalu menebar senyum ke orang lain menunjukan bahwa di sampingnya itu adalah putri terbaiknya yang ia sayangi.
Ayah akan selalu memelihara senyum dan candaanya meski ia telah menua, itu semua agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah tidak pernah marah, terkecuali jika aku telah melewati batas aturan mainnya.
Ayah tidak marah jika aku pulang sore karena bermain basket, atau pulang malam karena menonton final, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya ini menginap di rumah teman.

Ayah selalu berkata, "kamu punya rumah, kamu punya ayah, dan kenapa kamu bersama orang lain ?"
Aku tidak bermaksud seperti itu, aku sedih dan mulai saat itu aku selalu menolak ajakan temanku untuk menginap di rumah mereka.
Tapi ayah juga pernah mengatakan, "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan".
Aku tidak akan pernah dan tidak akan sanggup jika kehilangan ayah. Maka aku menuruti aturan ayah.

Ketika mulai dewasa, ayah mengajariku berkendaraan roda empat.
Ayah mengajariku seperti bukan kepada anaknya, ayah mengajariku seperti ayah mengajari orang lain, itu tampak berbeda.
Tapi ayah tetap punya tujuan mulia, ia hanya ingin melihatku menguasai dengan baik sehingga ia tidak akan terlalu ketakutan jika tiba-tiba anak gadisnya itu mencuri kunci mobilnya malam-malam kemudian pergi begitu saja

Ayah lebih bangga pada prestasiku, daripada prestasinya sendiri.
Ayah hanya menyalamiku ketika pertama kali kamu aku pergi merantau meningalkan rumah, karena mungkin jika dia sampai memeluk ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

 Jika angin menyapa rambutmu
Ku titipkan salam untukmu

Jika air mengalir di matamu

Ingin kukeringkan dengan hatiku

Langit yang aku pandang

Sama dengan langitmu
Dengan awan putihnya
Kulukis rinduku padamu

Ayah...

Lihatlah tangisku
Memimpikan dekapanmu lagi
Menginginkan cintamu kembali



0 komentar:

Posting Komentar

Sangat kehilangan sang Ayah Super heroku :)

Ayah
 Setiap anak pasti selalu bilang bahwa lelaki paling sempurna dan paling hebat adalah ayahnya sendiri. Memang tak bisa dipungkiri, hal itu benar. Ayah, lelaki paling bijak di dunia ini. Membawa ketenangan dalam hati dan hari-hari kita.
Ayah dari mulai aku di kandungan sampai kini aku beranjak dewasa, tidak berubah.
Ayah tetap ayah yang kukenal yang selalu memberikan dorongan positif bagi hari-hariku.
Ayah yang membangunkanku di kala dini hari untuk memanjat syukur dan doa. Hinggi kini itu semua tetap sama.
Ayah menemaniku lebih lama dari ibu.

Sejak kecil ayah lebih dekat denganku, seakan ingin membuatku seperti dirinya.
Ayah mengajarkan banyak hal yang menurutku sulit untuk dilakukan.
Saat kecil, ku ingin bisa berdiri dan menggapai sesuatu, ayah membantu.
Ayah menopangku, ayah memegang jari jemari tanganku dan terus menyemangatiku.
Ayah tak lelah untuk membuatku bisa berdiri, berjalan dan kemudian berlari.
Ayah membantu membuat impianku jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanku untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ya, ayah adalah pengabul keinginanku ketika kecil dan masih sampai sekarang.

Ayahku ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya.
Ayah yang dulu tak didampingi kakekku ketika kecil karena kesibukan kakek, sekarang memilih untuk menemaniku agar aku tidak merasakan kesepian.
Ayah tidak ingin aku lebih tergantung pada siapapun termasuk dirinya.
Tapi ayah selalu menginginkanku untuk tetap membutuhkan kehadirannya walaupun dia tak menunjukan itu semua.

Ayah hanya menyuruhku mengerjakan pekerjaan yang aku sukai dan membuat pekerjaan yang tidak akau sukai disimpan di urutan paling belakang.
Ketika aku mulai anak-anak dan berjalan menuju remaja, tanpa ku ketahui ayah mengawasiku lebih dari sebelumnya.
Berbeda cara ketika kecil, ayah menjaga dan mengawasiku dari samping dan depan, sekarang ayah ada di belakang.
Ayah tidak ingin langkahku salah, ayah yang akan menarikku dari belakang ketika akan melangkah ke jalan yg salah.
Ayah tidak akan memanjakanku ketika aku sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu aku membutuhkannya.
Ayah penjaga terbaik di dunia, ayah yang selalu siap mengawasiku.

Dari mulai aku pergi pagi-pagi dengan seragam putih merah, lalu berganti putih biru dan kemudian putih abu, ayah selalu ada bersamaku.
Ayah mengikuti langkahku , menemani ketika aku terjatuh dan ketika aku berkibar.
Ketika aku menangis dengan membawa nilai-nilaiku yang jelek, ayahku hanya tersenyum dan memangkuku, berbicara , "tidak apa-apa, sesekali saja, nanti harus bagus", ayah kasih senyumannya.
Begitulah katanya menenangkanku dan membuat aku tersenyum kembali.
Lalu ketika aku berkibar dengan hasil yang memuaskan, ayah ada disana, mendampingiku dengan bangga dan selalu menebar senyum ke orang lain menunjukan bahwa di sampingnya itu adalah putri terbaiknya yang ia sayangi.
Ayah akan selalu memelihara senyum dan candaanya meski ia telah menua, itu semua agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah tidak pernah marah, terkecuali jika aku telah melewati batas aturan mainnya.
Ayah tidak marah jika aku pulang sore karena bermain basket, atau pulang malam karena menonton final, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya ini menginap di rumah teman.

Ayah selalu berkata, "kamu punya rumah, kamu punya ayah, dan kenapa kamu bersama orang lain ?"
Aku tidak bermaksud seperti itu, aku sedih dan mulai saat itu aku selalu menolak ajakan temanku untuk menginap di rumah mereka.
Tapi ayah juga pernah mengatakan, "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan".
Aku tidak akan pernah dan tidak akan sanggup jika kehilangan ayah. Maka aku menuruti aturan ayah.

Ketika mulai dewasa, ayah mengajariku berkendaraan roda empat.
Ayah mengajariku seperti bukan kepada anaknya, ayah mengajariku seperti ayah mengajari orang lain, itu tampak berbeda.
Tapi ayah tetap punya tujuan mulia, ia hanya ingin melihatku menguasai dengan baik sehingga ia tidak akan terlalu ketakutan jika tiba-tiba anak gadisnya itu mencuri kunci mobilnya malam-malam kemudian pergi begitu saja

Ayah lebih bangga pada prestasiku, daripada prestasinya sendiri.
Ayah hanya menyalamiku ketika pertama kali kamu aku pergi merantau meningalkan rumah, karena mungkin jika dia sampai memeluk ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

 Jika angin menyapa rambutmu
Ku titipkan salam untukmu

Jika air mengalir di matamu

Ingin kukeringkan dengan hatiku

Langit yang aku pandang

Sama dengan langitmu
Dengan awan putihnya
Kulukis rinduku padamu

Ayah...

Lihatlah tangisku
Memimpikan dekapanmu lagi
Menginginkan cintamu kembali



0 komentar: